Kamis, 27 Maret 2025

Kau, dan janjimu

Bahkan yang pernah berjanji untuk tidak pergi akhirnya pergi juga. Ribuan kata terselip janji membahagiakanku. Rindumu selalu kau ucap dan kuterima dengan senang hati. Membangun kepercayaan yang sebenarnya tak pernah ada. Aku harus memahami segala keadaanmu dan mengalah demi bahagiamu. Tapi apakah kamu pernah terbesit dalam hatimu tentang hancurnya aku? Bersandar pada satu-satunya manusia baru yang berkata akan terus berjalan maju apapun rintangan di depan. Kemudian dipaksa duduk sendiri tanpa sandaran dan tanpa aba-aba. Manusia yang paling aku inginkan ternyata menjadi ujian paling tak pernah aku sangka. Janji dan suara yang kau beritakan padaku dulu ternyata hanya sebatas angin lalu dan kalimat penenang saja. Pergimu mengharuskanku menangis sepanjang malam. Apa kau tau? Aku masih menangisimu. Aku tidak pernah menyangka sujudku setiap malam isinya meminta mengikhlaskanmu. Sujud yang seharusnya aku dan Tuhan saja yang berinteraksi tapi aku malah membawamu. Rasanya tidak adil jika aku saja yang harus mengalah demi bahagiamu setelah banyak janji yang kau utarakan dengan percaya diri padaku. Aku rela melepas sepatuku demi bisa berjalan di jalan dengan ribuan kerikil sampai jauh bersamamu. Manusia yang paling aku cintai sekarang menjadi manusia paling menyakitkan untukku. Apa kau pernah memikirkan aku sekali lagi? Apa kau pernah bertanya pada langit bagaimana kabarku? Jika tidak, kenapa kau memilihku untuk diberikan kesempatan mengenalmu? Katamu tidak bisa mengacuhkanku karena tak tega tapi sekarang kau jadi manusia paling acuh padaku. Sebenarnya aku salah apa sih padamu? Kau satu-satunya yang aku percaya untuk menggantikan kesedihanku setelah kehilangan ayah ibu. Aku percaya bahwa kau berbeda dan memang benar menyukaiku. Tapi ternyata salah, apa aku tidak cukup baik sehingga aku dibuang? Apa aku terlalu mudah untuk kau bersamai dulu? Apa aku wanita yang sangat buruk? Apa karena aku tidak cantik dan tidak menguntungkan untukmu? Apa aku terlihat pantas untuk dipermainkan? Hm? Kenapa hanya aku saja yang menangisimu sepanjang malam? Kenapa hanya aku yang menyaksikanmu bahagia? Kenapa kau tega padaku yang tak ada siapa-siapa dihatiku kecuali kamu? Kenapa?

Sabtu, 22 Maret 2025

Persiapan untuk mati

Di sayup-sayup alunan ayat suci malam minggu
Dengan menyebut nama Tuhan yang maha pengasih lagi maha penyayang
Halus merdu suara terdengar dari pengeras suara
Alunan yang indah menentramkan hati dan jiwa
Ditengah kerisauan hati dan kekalutan pikiran
Tentang yang sedang dialami sendiri
Air hujan menjadi saksi
Saling melindungi dari dingin dan badai tiba-tiba
Merinding memikirkan masa depan yang tak pasti
Merayu Tuhan entah tentang apa
Hanya senyuman tipis dengan mata berlinang air yang mampu kutampakkan
Tuhan, bagaimana ini?
Jawaban dari seluruh aspek kata tanya aku tunggu
Tak kunjung kuterima mungkin aku kurang sabar
Harus membawa kepercayaan penuh pada Tuhan
Dialah yang maha tau akan masa depan
Sedangkan manusia hanya berfikir pendek dan sok tau
Pasrahkan semuanya pada Tuhan tapi suaraNya belum sampai 
Manusia penuh dosa dan malang ini sendirian
Tidak ada tempat bersandar
Bingung bertanya pada siapa
Kegiatannya hanya menunggu belas kasih Tuhan
Kadang doa saja tidak cukup
Tapi tidak ada yang bisa kulakukan lagi selain itu
Merengek seperti bayi
Doaku sendirian melawan ribuan doa anak yang masih punya ibu
Doa ibu memang terkenal manjur
Sayangnya aku sudah kehilangannya dan tak bisa kudapatkan lagi
Setiap hari aku menunggu aku tidak bangun dari tidur
Kehilangan satu hamba saja tidak berarti apa-apa bagimu Tuhan
Selalu takut diberi hidup esok hari
Bukan tidak bersyukur tapi hanya merasa tak mampu
Sebelum tidur selalu kubaca dua kalimat syahadat dan kusiapkan tidur dengan tangan diperut
Jaga-jaga untuk mati
Tapi lagi-lagi aku dihidupkan
Menjalani hari monoton dengan pertanyaan yang belum dijawab
Tuhan, engkau maha besar
Aku minta sedikit saja belas kasihmu karena aku sendiri
Aamiin

Senin, 17 Maret 2025

Tentang kopi

Disetiap kesempatan kita bertemu dulu
Aku selalu melihatmu meminum kopi
Kopi hitam, kopi susu bahkan espresso yang kamu pesan ternyata cuma segelas jamu
Mendengar suara seruputanmu digelas aku selalu tersenyum
Kamu sesuka itu ya sama kopi?
Sayangnya dulu aku belum bisa bikinin kopi
Meskipun kamu bilang "gampang banget tau bikin kopi tinggal taruh kopi saset, gula dan air panas. Udah"
Tapi aku tetap gak bisa 
Karena menurutku bikin kopi berbeda dengan bikin teh
Kalo kopi ada ampasnya kan sedangkan teh itu bersih
Dulu selalu aku minta tolong buatkan orang rumah tapi tetap aku yang menyuguhkannya padamu
Dilihat-lihat sih memang perokok itu tidak bisa jauh ya sama kopi
Habis ngerokok minumnya kopi
Gak ada takut-takutnya sakit kamu tuh
Beda sama aku 
Aku sukanya es 
Apapun minuman dingin aku suka
Kamu pesan yang hangat aku tetap es
Aku tidak terlalu suka kopi
After taste nya pait dan bikin mulut bau
Tapi akhir-akhir ini aku sempat disuruh bikin kopi untuk tamu
Akhirnya aku belajar dan bisa
Terkadang aku juga membuat dan meminumnya sendiri
Awalnya masih kopi campur susu biar manis
Lama-lama aku gak pernah tambahin gula
Coba beli americano dan rasanya ternyata not bad
Dua kali aku beli dan aku tidak ada rasa tidak suka
Jadi aku memutuskan membuatnya sendiri
Dirumah aku ambil kopi hitam, kuseduh dan dituang digelas berisi es batu yang banyak
Jadi ingat kamu
Dalam hati enak ya kalau kamu ada disini minum kopi bareng kita
Soalnya dulu aku ga mau kopi sama sekali
Tapi aku mencobanya dan oke saja
Meskipun tidak mampu untuk menahan kantuk
Aku mencoba menyukai apa yang kamu sukai
Meskipun kamu gak akan pernah tau ini
Aku hanya menuliskannya
Aku menyukaimu, dan aku menyukai apa yang kamu sukai
Lebih tepatnya berusaha menyukai apa yang kamu sukai
Beberapa waktu lalu aku mampir ke tempat oleh-oleh dan lihat biji kopi
Dan ya, ingetnya kamu lagi
Sayangnya kalo aku beli pun gak akan pernah sampai padamu
Jadinya hanya kulewati saja tanpa bertindak

Jumat, 14 Maret 2025

Hujan sore itu, aku mengingatmu

Sore itu hujan turun sangat derasnya

Membasahi pohon, jalanan, bunga, kendaraan dan manusia

Dalam cekungan mereka berkumpul

Udara sejuk menentramkan hati yang sedari siang panas

Suara kodok terdengar seru

Harum tanah menemani hidungku

Aku suka sekali hujan

Lalu lalang kendaraan kulihat dengan bola mataku

Berhenti sejenak menghirup nafas

Hari ini hari yang cukup baik dan menyenangkan

Hanya beberapa kalimat yang sempat keluar dari mulutku

Kamu apa kabar ya?

Tiba-tiba aku mengingatmu kembali

Kubuka lembaran ayat Tuhan dan kubaca

Tambah syahdu hatiku berderu

Kulantunkan ayat demi ayat indah milikNya

Kusadari betapa sedikitnya syukurku ini

Melihat bahagia orang lain selalu kuingini

Padahal sebanyak ini harusnya aku lebih banyak berterimakasih pada Tuhan

Sekilas memang terkesan angkuh

Hanya berdoa ketika susah dan berada dititik akhir pemikiran

Namun Tuhan tidak sama seperti manusia

Tuhan tidak mudah bosan mendengar doa berulang kali diucap

Terus mendengar ceritaku tentang salah satu hambanya meski kuawali dengan maaf Tuhan

Harapanku tinggi hanya pada Tuhan

Sesabar apa aku sekarang terkadang juga masih meledak dan menyakiti hati

Bibir tersenyum namun dibalik kacamata air menetes

Kamu dimana?

Kuselipkan selalu pertanyaan pada Tuhan meskipun tidak pernah ada jawaban

Kita, sangat jauh ya sekarang?

Memandang langit setiap hari selalu mendung

Kusukai karena mataku tidak pernah melihat jelas

Jika panas aku tak sanggup

Bahkan malam pun lampu kendaraan serasa membuatku buta sesaat

Berjalan diatas air tanpamu yang dulu sempat berdampingan denganku

Kamu sehat?

Kamis, 13 Maret 2025

Jam aku berdoa pada Tuhan tetap sama

Suatu pagi

Matahari berangsur tampak

Embun pagi masih menetes

Hawa dingin meremas kulit menjadi keriput

Rasa kantuk yang tetap ada meski sudah dibasuh air

Kepada Tuhan dipagi itu aku meminta maaf

Telah berjanji bagai manusia tanpa dosa

Sombong bahwa aku sudah lupa janjiku padaNya

Dengan menunduk dan tangan mengadah

Air mata jatuh menggenang ditangan

Beribu kata yang kuutarakan 

Meskipun aku yakin dia sudah tau masalahku apa

Berbicara lalu menyeka hidung

Menatap ke langit dengan senyum tapi tangis menjadi-jadi

Aku tak pernah tau bahwa aku akan membawa perasaan seperti ini

Selalu ku tapis saat-saat tertentu

Namun kembali mengandung dijam tak terduga

Kubawa sendiri perasaan yang aneh ini

Sampai mual aku akibat perasaanku sendiri

Berhenti sudah kucoba semaksimal yang kubisa

Hanya tanganku sendiri yang menyeka air mata

Tembok kamar menjadi saksi seberapa sering aku menangis

Tak kupungkiri hati hanya bisa mengalir seperti air

Dipaksa akan kembali, ditanam akan mati

Jika aku bisa menjadi bunga

Aku akan memilih menjadi bunga matahari

Tumbuh dengan indah lalu tak lama akan mati

Bungkusnya rapi dengan koran

Tidak dipangkas melainkan dibawa dengan tinggi tangkainya

Menghadap sang matahari sungguhan

Tanpa merasa tinggi padahal memang sudah tinggi dari bunga yang lain

Gerombolan awan menuju siang meneduhkan posisiku

Sesuatu yang akan aku jalani hari ini akan sama

Jam aku berdoa pada Tuhan tetap sama

Tuhan maafkan aku sekali lagi

Aku merindukannya, hambamu di ujung kota itu

Aku mencintainya, hingga kini

Rabu, 12 Maret 2025

Kurasa aku batu

Batu

Kurasa aku batu

Keras, kuat, tidak mudah rapuh

Dilempar akan menyakiti

Ditindih tidak goyah

Diusap nampak halusnya

Kurasa aku batu

Sekeras batu yang tidak bisa berlubang bahkan ditetesi air

Berjalan lambat sendiri tanpa genggaman telapak

Jika marah tidak bisa bersembunyi

Hanya tangisan yang mampu membersamai

Kurasa aku batu

Menginginkan hal yang dunia saja tidak sudi

Halu akan sesuatu indah yang terjadi

Bahkan menjadi serakah padahal tak dibela

Kebimbangan keras di kepala menjadi-jadi

Kurasa aku batu

Tidak mau menerima siapapun membelah kekerasan ini

Merasa paling tidak butuh siapa-siapa

Padahal kantung mata membesar karena banyak bertanya mengapa

Harusnya aku lebih lunak tapi kurasa aku batu


Batu

Kurasa aku batu

Hangat di musim hujan

Menjadi kuat ditendang angin

Bara api tak menjadi ganas

Adalah benar seseorang menjauh

Kurasa aku batu

Kesan keras kutunjukkan pada siapapun yang melihat

Padahal keesokan harinya menyesal karena asal bicara

Hembusan nafas kerasku menyakiti banyak hati

Bukan berniat namun aku hanya ingin

Kurasa aku batu

Jika ada yang berkata aku batu aku marah

Tapi setelah bercaka aku melihat memang tumpukan batu

Sulit melihat organ indah lainnya

Hingga setiap tengah malam mencoba cair oleh keheningan

Aku adalah batu

Ingin ditemukan dengan pelunakku

Memberikan indah ucapan ditelingaku tentang kelembutan

Berjalan berdampingan sambil menggenggam erat tanganku

Ditaman bunga matahari yang kusukai

Aku akan mencair menjadi air yang menyejukkannya

Kurasa aku batu