Kamis, 13 Maret 2025

Jam aku berdoa pada Tuhan tetap sama

Suatu pagi

Matahari berangsur tampak

Embun pagi masih menetes

Hawa dingin meremas kulit menjadi keriput

Rasa kantuk yang tetap ada meski sudah dibasuh air

Kepada Tuhan dipagi itu aku meminta maaf

Telah berjanji bagai manusia tanpa dosa

Sombong bahwa aku sudah lupa janjiku padaNya

Dengan menunduk dan tangan mengadah

Air mata jatuh menggenang ditangan

Beribu kata yang kuutarakan 

Meskipun aku yakin dia sudah tau masalahku apa

Berbicara lalu menyeka hidung

Menatap ke langit dengan senyum tapi tangis menjadi-jadi

Aku tak pernah tau bahwa aku akan membawa perasaan seperti ini

Selalu ku tapis saat-saat tertentu

Namun kembali mengandung dijam tak terduga

Kubawa sendiri perasaan yang aneh ini

Sampai mual aku akibat perasaanku sendiri

Berhenti sudah kucoba semaksimal yang kubisa

Hanya tanganku sendiri yang menyeka air mata

Tembok kamar menjadi saksi seberapa sering aku menangis

Tak kupungkiri hati hanya bisa mengalir seperti air

Dipaksa akan kembali, ditanam akan mati

Jika aku bisa menjadi bunga

Aku akan memilih menjadi bunga matahari

Tumbuh dengan indah lalu tak lama akan mati

Bungkusnya rapi dengan koran

Tidak dipangkas melainkan dibawa dengan tinggi tangkainya

Menghadap sang matahari sungguhan

Tanpa merasa tinggi padahal memang sudah tinggi dari bunga yang lain

Gerombolan awan menuju siang meneduhkan posisiku

Sesuatu yang akan aku jalani hari ini akan sama

Jam aku berdoa pada Tuhan tetap sama

Tuhan maafkan aku sekali lagi

Aku merindukannya, hambamu di ujung kota itu

Aku mencintainya, hingga kini

0 comments:

Posting Komentar