Sejak hari itu aku kembali hidup seperti biasa. Makan, minum, tidur, bangun, kerja. Tapi ada tambahan di antara kegiatanku yang biasa tadi yaitu menangis. Iya, menangis. Malam itu kamu mendengar kan bagaimana suara tangisku? Haha lebay ya tapi aku beneran sedih. Diharuskan berhenti ketika ditengah senang-senangnya. Menangis sampai dadaku sesak dan mataku bengkak hampir tidak terbuka.
Sebulan diawal hampir setiap hari aku selalu menyempatkan diri untuk menangis. Ruang obrolan yang biasanya kamu isi dengan "fi gimana kerjanya hari ini?" "Wes pulang?" "Lagi ngapain?" "Ayo teleponan" tiba-tiba kosong. Kolom telepon yang biasanya pasti ada namamu setiap hari hanya menyisakan "...beberapa hari yang lalu". Beberapa hari kebelakang memang menjadi hari terbahagiaku di 2022. Bertemu dan mengenalmu sedikit lebih dekat membuat aku senang. Banyak yang aku akhirnya tau kamu siapa, apa, bagaimana, dimana dan mengapa. Sampai di hari dimana aku harus tidak menyapamu lagi.
Hari yang ketika aku mencoba bertanya kabarmu, kamu membalasnya jauh lebih lama dari biasanya. Mungkin kamu sebenarnya sudah tidak ingin membalasku ya? Hanya kasihan padaku kan? Jadi kamu terpaksa membalasku. Hari dimana ketika aku merindukanmu aku hanya bisa menangis dan duduk di atas kasur dengan melamun. Tidak bisa lagi kusapa dengan mudahnya. Tidak bisa lagi kulihat sampai hari ini di 2024.
Kurasa sekarang aku sudah tidak lagi berharap padamu namun nyatanya aku masih saja sering menangis di malam hari dan mengadu pada Tuhan. Tanpa pernah lagi kamu tau aku disini. Tanpa pernah lagi kamu ingat aku siapa. Tiba-tiba saja menangis, lupa, menangis lagi, lupa lagi, menangis terus dan belum lupa terus. Mungkin air mataku kalau keluar mutiara bakalan menuhin samudera pasifik deh. Bakalan jadi benda cair terberat di bumi.
Hari-hari belakangan masih menjadi hari yang berat untuk aku. Selain untuk hidupku aku juga masih menginginkanmu. Disetiap sudut kota ini yang aku lewati hampir setiap orang kupandang berharap itu kamu. Ternyata bukan. Jika ada kalimat "Alam akan ikut andil dalam kehidupan. Jika memang sudah cukup meskipun satu kota pun tidak akan pernah berpapasan" aku percaya. Dikota sekecil ini aku saja tidak lagi pernah. Padahal mungkin kamu pernah disekitarku namun terhalang oleh takdir alam dan minimnya frekuensi pengelihatanku.
Aku merasa bahwa aku belum bisa jatuh cinta lagi pada manusia lain. Aku masih jatuh cinta padamu, orangnya, kepribadiannya, suaranya, taatnya, manis senyumnya dan renyah tawanya. Meski aku ingin tapi aku belum bisa melihat manusia lain selain kamu. Aku kira setelah kamu pergi hanya kamu yang hilang tapi separuh aku pun hilang. Karena aku mencintaimu dengan hampir semua dari hidupku. Jadi ketika kamu pergi sebagian dari diriku juga ikut. Rasanya kosong sekali, mudah runtuh bahkan tidak mau tersentuh.
0 comments:
Posting Komentar