Senin, 01 Februari 2021

Sayap Yang Tersisa

 Dinginnya pagi menembus masuk melalui sela-sela jendela kamarku. Aroma tanah menusuk hidung akibat hujan semalam. Kubuka mata dengan doa yang selalu sama setiap harinya selama hampir 2 tahun. “Tuhan, tak apa jika dia sakit kemarin. Tapi kumohon tiupkanlah udara kesembuhan untuknya hari ini”. Kutenggelamkan wajah kedalam air di gayung kamar mandi. Berat sekali sih hidupku. Susah sekali sih buat bahagia sebentar saja. Aneh memang, aku tak seharusnya marah apalagi pada sang pemilik diriku.

Perasaan terasa sudah membusuk melihat dia yang ingin kulihat sembuhnya. Meninggalkan itu memang lebih bisa diatasi daripada ditinggalkan. Sempat kumengancam pada Tuhan, jika apa yang perasaanku bisikan itu terjadi aku akan sangat marah. Aku berpikir bahwa Tuhan berarti tidak lagi menyayangiku.

Ternyata benar, hari ini tepat dimana kumerasakan semua kasih sayang Tuhan sudah tak lagi berpihak padaku. Sayapku yang tersisa 1 yang bahkan untuk kupakai terbangpun tidak kuat, diambilnya. Berat bukan, melihat semua orang terbang dengan kedua sayapnya sedangkan aku yang terpaksa harus berjalan dibawah menonton mereka. Ku hela nafas dan berkata, yah mau bagaimana lagi ini hidup yang tidak bisa dirubah dan harus dijalani meskipun penuh batu besar.

Aku tidak sekuat itu, jadi kenapa harus aku Tuhan?



0 komentar:

Posting Komentar