Sabtu, 09 Oktober 2021

Dikara. Arab, read [he].

Menyukaimu merupakan satu dari sekian kesulitan yang menyenangkan

Memendam rasa kepadamu tidak pernah bisa mudah kulepaskan begitu saja

Memikirkan untaian senyum dengan mata indahmu membuat tidurku selalu terganggu

Kamu seperti pelangi

Tiba-tiba datang, indah tanpa permisi, lalu hilang tanpa pamit

Aku sering berusaha meninggalkan perasaanku padamu, tapi tak pernah berhasil

Meskipun begitu, aku tidak berencana mengatakan perasaanku ini

 

Seandainya kamu bisa memahami

Besar keinginanku padamu, ingin sekali

Tapi tidak bisa aku berbuat apa-apa

Waktu dan tempat kita bertemu tidak pernah mendukung

Lisanku tidak mampu berbicara hal-hal seperti itu tanpa kejelasan

Jariku juga tak mampu walau hanya mengetik –hai! Aku suka kamu-

 

Kamu tau? Bentuk tanganmu mirip ayahku

Kamu baru potong kuku saja aku langsung bisa tau

Nada bicaramu menyenangkan

Suaramu saat tertawa juga menggemaskan, lucu

Dan, setiap kalimat yang pernah kamu katakan selalu kudengar dengan sangat baik

Tersimpan rapi dalam memori otakku, semuanya

 

Ada hari dimana kuputuskan untuk berhenti denganmu

Hari dimana kita semakin sulit

Menyimpan rasa sepihak memang terlalu begini, haha

Bahagiamu bahagiaku juga, sehat-sehat jika diizinkan bertemu ayo bertemu lagi! See you




Senin, 01 Februari 2021

Sayap Yang Tersisa

 Dinginnya pagi menembus masuk melalui sela-sela jendela kamarku. Aroma tanah menusuk hidung akibat hujan semalam. Kubuka mata dengan doa yang selalu sama setiap harinya selama hampir 2 tahun. “Tuhan, tak apa jika dia sakit kemarin. Tapi kumohon tiupkanlah udara kesembuhan untuknya hari ini”. Kutenggelamkan wajah kedalam air di gayung kamar mandi. Berat sekali sih hidupku. Susah sekali sih buat bahagia sebentar saja. Aneh memang, aku tak seharusnya marah apalagi pada sang pemilik diriku.

Perasaan terasa sudah membusuk melihat dia yang ingin kulihat sembuhnya. Meninggalkan itu memang lebih bisa diatasi daripada ditinggalkan. Sempat kumengancam pada Tuhan, jika apa yang perasaanku bisikan itu terjadi aku akan sangat marah. Aku berpikir bahwa Tuhan berarti tidak lagi menyayangiku.

Ternyata benar, hari ini tepat dimana kumerasakan semua kasih sayang Tuhan sudah tak lagi berpihak padaku. Sayapku yang tersisa 1 yang bahkan untuk kupakai terbangpun tidak kuat, diambilnya. Berat bukan, melihat semua orang terbang dengan kedua sayapnya sedangkan aku yang terpaksa harus berjalan dibawah menonton mereka. Ku hela nafas dan berkata, yah mau bagaimana lagi ini hidup yang tidak bisa dirubah dan harus dijalani meskipun penuh batu besar.

Aku tidak sekuat itu, jadi kenapa harus aku Tuhan?