![]() |
Tak Kenal Maka Kenalan Dulu Dong! |
Susah memang jika aku
terus berusaha mendapatkan pandangan balik darimu jika kau dan aku tak saling
kenal. Tak saling kenal artinya juga tak saling menyapa, ya untuk apa menyapa
jika dalam hatimu selalu berkata "siapa kamu, apa aku harus mengenalmu?".
Aku pernah membaca juga mendengar kesimpulan bahwa aku tidak akan bisa
mendekatimu jika aku tidak mengenalmu. Menurutku kesimpulan ini sedikit tidak
benar, jika aku hanya ingin melihatmu saja mengapa aku harus mengenalmu? Kau
tau bahkan bintang yang kau lihat setiap malam tak pernah meminta kau untuk
berkenalan meskipun dia tau kau akan melihatnya lagi dan lagi. Beda cerita jika
aku ingin mendapatkan lebih dari pandangan balik darimu yaitu dirimu. Aku
bohong jika aku mengatakan aku tak ingin. Mataku berbicara kau memang indah.
Wajah rupawan tinggi semampai hitam manis seperti kecap cap tukang sate. Kau
berbeda, aku suka karena kau tidak pernah peduli. Tapi aku juga tidak suka
karena kau mengabaikan kewajibanmu yang sangat penting. Entah jika aku sedang
tidak memperhatikanmu kau sangat taat pada kewajiban itu.
Bintang, ya bintang. Apa
kau pernah melihat bintang ditanah? Atau bahkan disepatumu? Sepatu hitam
seperti langit malam. Aku pernah mengirimkan beberapa bintang yang aku ambil
dari langit khusus untukmu. Lima. Aku memang memilih angka ganjil karena kau memang
ganjil. Aku selalu mengingatmu saat kau bahkan tak sedikitpun tau. Apa dihatimu tidak pernah ada pertanyaan untukku bahwa aku pernah cemburu padamu? Aku
cemburu pada sepatumu, keduanya selalu menemanimu melangkah dan mengayuh
sepedamu. Aku cemburu pada kacamatamu yang setiap hari selalu membantumu
melihat dunia lebih jelas. Aku cemburu pada angin yang selalu memelukmu padahal
kau tak ingin. Aku cemburu pada air yang selalu mencairkan lelahmu. Aku juga
cemburu pada tanah yang kau pijak. Aku cemburu pada mereka semua yang bisa
memandangmu bahkan kau juga memandangnya kembali.
Saat ini pintu menujumu
telah kau kunci rapat rapat. Aku bahkan tak tau kau berada di bagian bumi
sebelah mana. Aku juga telah lupa bagaimana keindahan matamu setiap kali aku
pandang. Aku tak ingat tundukan kepalamu ketika aku mencoba melihatmu lebih
dalam. Kau menolak. Iya. Aku tidak mungkin mengetuk pintu itu lagi bahkan
melihatnya aku mungkin tidak diperbolehkan. Siapapun yang berada di dalam
pintumu saat ini aku senang karena kau bisa memandangnya. Pandangan matamu
memang lebih lembut dari kapas pembersih wajah, membuat siapapun lelah dan
ingin tersenyum. Begitu pun aku.
0 komentar:
Posting Komentar