Kamis, 10 Desember 2015

Berpapasan dengan langit


                Pengalaman pertama menembus awan bersama pahlawanku. Lelaki paruh baya yang kucinta dari aku baru melihat dunia sampai aku melihat akhirat nanti. Aku diberikan nasihat yang sebenarnya sedikit penting. Kudengarkan suaranya tanpa melihat raut wajahnya karena pemandangan disekitar yag tak pernah kulihat sebelumnya Nampak sangat indah. Sebelum memulai sesuatu harus diawali dengan doa. Jangan mengucapkan kata selain sholawat jika ingin bertemu awan putih nan halus diatas sana. Aku pernah bermimpi betapa asyiknya bertemu dengan awan dan menatapnya hingga jatuh hati.

                Memasuki ruangan besar yang berbentuk seperti peluru raksasa dengan tersenyum. Melihat sang awak menyambut serta melemparkan senyum yang indah padaku. Kubalas seperlunya, jika tidak aku kira nanti aku akan diturunkan ditengah langit. Duduk disampingnya dengan tempat sedikit sesak tapi tak apa, selagi aku bisa melihat awan impianku nanti. Peluru raksasa itu melaju dengan kencang dan terbang tanpa sayap yang mengepak menuju hamparan langit biru yang luas. Perasaan takut dan senang campur aduk melawan kecepatan laju peluru raksasa itu. 

                Terbang di hamparan langit dan melihat ke jendela dengan dua lapisan kaca menjadi perasaan bahagiaku. Melihat sang daratan yang kecil bak melihat peta timbul dari atlas di sekolah. Ternyata memang benar, dunia dan seisinya sangat amat kecil dibandingkan sang penciptanya. Rasa syukur dengan sedikit senyum aku berbisik dihati. Tak henti ku menatap jendela yang tak begitu besar menanti awan pujaan hatiku. Nampak hutan, sawah, gunung dan lautan. Tapi kebanyakan sih lautan ya. Air yang biru dibawah dan langit pun biru terbentang di angkasa. Ditengahnya ada aku, seperti sandwich dunia rasanya.

                Dari kejauhan aku melihat sesuatu berwarna putih yang halus seperti kapas suwir yang diterbangkan. Menembusnya kurasakan damai di hati. Jika didaratan aku melihatnya sangat besar dan rimbun. Namun dari tempatku duduk, aku dapat menyapa dan menatap keringanan bentuknya yang sebenarnya tak rimbun. Perjalanan yang begitu indah menuju pulau seribu pura dengan ditemani oleh awan putih sang pujaan hati. Awan, jika aku boleh meminta aku ingin memotongmu sebagian saja dan aku akan letakkan di langit kamarku. Maka jika aku merindukanmu, aku bisa menyentuhmu bahkan mengunyahmu sesuka hatiku.

Berpapasan dengan langit

0 komentar:

Posting Komentar