Aku pernah
mendengar sebuah janji. Janji manis semanis permen karet. Telingaku selalu
terngiang suara itu yang entah dari mana datangnya. Seperti ada seseorang yang mengatakan
bahwa dia aka menjagaku dari serangan semut semut hitam kecil yang hampir tak
pernah mengangguku. Aku merasa gembira tak terkira saat aku mengingat janji
itu. Ingin ku gigit kemanisan janji itu. Agar aku bisa melihat bukti darinya.
Rasa manis yang khas membuat siapa saja luluh. Ya, segenap hatiku luluh saat mendengar
dengan jelas janji seperti itu.
Wanita mana
yang tak bahagia saat diberi sebait janji dalam seuntai kata yang dijahit
dengan lembut bak kapas di dalam hati. Seperti anak kecil yang selalu percaya
jika akan diberikan janji manis meskipun sebenarnya tak pernah terjadi. Ruas
jari menggenggam rapat di dada menahan sakitnya jantung yang tengah berdetak.
Sebanyak detakan jantung dan detik jam dinding aku ingin menagih janji itu pada
si pembuat janji.
Hei pembuat
janji, ayo lakukan apa yang pernah kau janjikan padaku. Hanya sekedar menjadi
penjaga dalam hidupku tak apa. Buktikan bahwa memang janji di negara ini benar
benar akan dipertanggungjawabkan. Namun seketika peluru perak perlahan menuju
ke arah jantung yang sedang dilindungi tangan. Seeett... Sangat sakit saat aku
mengerti bahwa janjimu sudah tak berlaku detik ini. Si pembuat janji, kau
berhutang padaku. Menunggumu dipangkuan ayah akan lebih aman bahkan nyaman.
Ketika aku tertidur aku berbisik 'ayah, jika si pembuat janji datang bunuhlah ia.
Ambillah jantungnya untuk ibu dan hatinya untuk ayah.'
![]() |
Janji Semanis Permen |