Aku mengingatnya, ya roti dan penggaris. Aku masih mengingatnya saat aku mencongkel roti bakar kecil yang kau tawarkan. Aku tetap mengingatnya saat aku duduk dan melihatmu memegang penggaris yang tak terdapat angka 0. Ya, sebelum pelantikan besar, banyak yang harus disiapkan sebagai tim agar mendapat hasil yang memuaskan. Aku perempuan, wajar yang tak mengerti cara memotong selembar triplek yang bisa dibilang cukup keras.
Dengan suara lembut dan ringan
kau menawarkan roti kecil milikmu pada semuanya, dan ketika tawaran tertuju
padaku aku tak mengenalmu namun tetap mengambilnya karena aku inginkan roti itu.
Sore, iya aku ingat sore itu aku duduk melihat guru yang mengajarimu cara
menguku agar potongan yang dihasilkan sesuai. Dengan ragu tapi pasti aku
bertanya mengapa tidak kau ukur dari 0. Entengnya dijawab jika penggarisnya
tidak ada angka 0. Saat itu aku langsung berfikir apa ukurannya nanti tidak
kekecilan ya. Tapi karena belum terlalu mengenal jadi aku ya hanya diam melihat
kau mengukurnya.
Setelah diukur, ada teman yang
lain yang bertugas mengiris dengan gergaji selembar triplek tersebut. Aku
kembali memperhatikan langkah selanjutnya tersebut. Dan semua selesai, tapi aku
tak menemukanmu lagi disetiap pandangan mataku. Aku coba mencarimu dibawah
selokan, didalam pot, bahkan di dalam kran air. Tapi aku tetap tak menemukanmu.
Hingga aku tersadar bahwa itu hanyalah sebuah bunga tidur yang sangat wangi.
Namun tak bisa tercium lagi baunya saat aku tau aku ternyata terlambat berangkat
kesekolah hari itu.
![]() |
Segaris potongan roti |